Sabtu, 10 Maret 2012

Beberapa minggu yang lalu saya jadi korban “emak-emak” penggila sinetron. Si emak pertama adalah ibu saya sendiri, dan si emak kedua adalah bude. Duo emak sangat tidak rela ketinggalan sinetron sedangkan saya juga tidak mau kalah dengan drama Korea. Sayangnya, sebagai “anak baik”, saya terpaksa (dan dipaksa) untuk ikut-ikutan menonton sinetron bercucuran airmata-bergelimang harta fiktif-dan perebutan anak. Maklum, tv cuma satu :)
Bukan bermaksud tidak mencintai produk dalam negeri,  saya merasa sinetron itu terlalu aneh dibandingkan drama Korea, jadi tidak menimbulkan hasrat untuk menonton sampai tamat. Dari pengalaman menonton sinetron bersama duo emak tersebut, saya iseng me-list beberapa hal yang membuat sinetron berbeda dari drama Korea. Berikut hal-hal yang saya perhatikan:
1. Back sound di sinetron selalu mengiringi di setiap dialog/adegan saat si pemain ngomong dalam hati (apa ya istilahnya) sampai menjelang bersambung, kalau drama Korea seperlunya saja.
2. Artis-artis yang main di sinetron pasti itu-itu saja karena mereka lagi laris. Satu judul tamat si artis sudah main judul baru yang jangka tayangnya tidak terlalu lama dari judul sebelumnya. Drama Korea (Insyaallah yang saya tau ya) artisnya semacam punya trik biar penonton tidak bosan lihat mereka sering-sering (kalaupun ada yang langsung nonggol lagi di judul drama lain, karakter mereka berbeda dengan karakter sebelumnya)
3. Dari segi pengambilan gambar, drama kita rada aneh. Kadangkala seperti tidak menyatu. Pernah tidak nonton sinetron yang si A ngomong ke si B dan (misal) settingnya di rumah sakit, tapi kok anehnya si A memang seperti ada di rumah sakit tapi kenapa si B seperti berada di lorong hotel? Aneh. Drama Korea tampak lebih profesional, kalo misalkan si A harus berdialog dengan si B dan salah satu diantara mereka ada yang tidak bisa take, syuting biasanya akan ditunda dulu.
4. Soundtrack sinetron diambil dari single yang lagi booming, ost. drama Korea populer selama drama itu muncul atau bisa juga setelah drama itu selesai tayang.
5. Dari jumlah episode, sudah pasti sinetron kita juaranya. Jalan ceritanya suka bertambah puanjang dan jadi ribet. Drama Korea umumnya 16-25 episode. Pokoknya tidak sepanjang drama kita deh.
6. Artis berwajah bule lebih mudah jadi pemeran utama di sinetron, sedangkan Korea sejauh ini saya taunya masih muka lokal khas Korea, bermata sipit, kulit putih mulus yang jadi pemeran utama.
7. Ada tidak tempat yang dikenang karena jadi tempat syuting sinetron? Saya tidak tau kalau hal ini. Di Korea ada bebereapa tempat yang dikunjungi banyak wisatawan lokal dan asing gara-gara pernah jadi tempat syuting sebuah drama
Begitulah hasil pengamatan dan analisa saya (yang agak ngawur dan subyektif) setelah menonton drama Indonesia selama seminggu. Mungkin sinetron bisa lebih baik kalau memiliki jalan cerita yang jelas dan tidak monoton. Jujur, selama nonton sinetron saya terganggu dengan backsoundnya jengjeng…deng…deng…deng. Terlalu berisik :)
Padahal dulu sempat ada sinetron-sinetron yang saya tonton dan sukai. Saya ingat ada “Nohta Merah Perkawinan”, ada juga sinetron (judulnya lupa) yang pemeran utamanya Desi Ratnasari, Primus, dan Attalarik Syah.
Dulu juga ada satu sinetron yang disambung-sambung sampai beberapa seasons dan pemeran utamanya diganti-ganti: Tersanjung. Menjenuhkan sekali. Saya ingat kalau “Tersanjung”  tayang dari tante saya belum menikah-menikah-melahirkan anak pertama!
Semoga nanti sinetron bisa sesimpel dan seapik drama Korea tanpa harus menjiplak jalan ceritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar